Postingan

Gambar
 Mamoholi - Sumatera Utara Foto: Mamoholi - Upacara Kelahiran Bayi.jpg Foto: Kumparan Menuju ke tradisi upacara kelahiran Suku Batak Toba. Mamoholi adalah sebuah tradisi untuk menyambut kelahiran bayi. Ini juga disebut sebagai tradisi manomu-nomu. Proses yang dilaksanakan adalah pemberian beras untuk penguat roh, pemberian makan adat yang berisi sayuran bersantan,  daging ayam  dan pemberian kain ulos. Upacara kelahiran ini untuk melambangkan rasa syukur orang tua terhadap kelahiran buah hati ke dunia. Diharapkan anak akan tumbuh dengan sehat dan diberikan kesejahteraan. SUMBER: https://www.orami.co.id/  

ADAT BUDAYA KELAHIRAN LOMBOK (MEDAK API)

Gambar
Medak Api – Lombok Nusa Tenggara Barat (NTB), tepatnya Lombok, turut memiliki upacara kelahiran bayi dengan adat istiadat dan tata cara yang unik. Medak Api adalah upacara kelahiran anak dengan memberikan nama untuk si bayi. Orang Sasak di Lombok percaya pemberian nama buah hati harus mengandung arti yang baik. Mereka percaya nama yang tidak cocok akan mengundang nasib buruk. Maka dari itu, pemberian nama tidak dapat dilakukan sembarangan. Orang tua bayi biasanya berkonsultasi dengan Kiai atau Pemangku mengenai nama yang akan diberikan kepada buah hatinya. Tidak boleh sembarangan orang yang mengusulkan nama, Kiai atau dukun beranak kepercayaan Suku Sasak yang diperbolehkan.   SUMBER: https://www.orami.co.id/

ADAT BUDAYA KELAHIRAN SULAWASI TENGGAH (SULTENG)

Gambar
  1. Upacara Adat Kelahiran Upacara adat menjelang kelahiran diselenggarakan ketika seorang wanita memasuki bulan ketujuh mengandung bayi yang pertama. Upacara ini bertujuan untuk memohon agar anak lahir dengan selamat, menjadi orang yang baik dan saleh, murah rezeki, dapat mengangkat martabat keluarga, dan sebagainya.  Menyongsong kelahiran bayi, dukun telah mempersiapkan bahan-bahan yang terbuat dari daun-daunan untuk mencegah gangguan makhluk-makhluk halus, yang digantungkan pada tempat sudut rumah, jendela, atau kolong rumah. Ketika bayi lahir, dukun memotong tali pusar dengan menggunakan sembilu, kemudian mengikatnya dengan kulit kayu libau. Tembuni disimpan dalam belanga tanah dan dicampur dengan abu dapur untuk ditanam atau digantung pada pohon yang tinggi.  Sesudah bayi berumur tujuh hari, diadakan upacara  menginjak-injak tanah  atau menyentuhkan kaki bayi di tanah. Upacara ini bertujuan menolong bayi yang untuk pertama kalinya menginjak bumi. Setelah pelaksanaan upacara ini,

ADAT BUDAYA KELAHIRAN DI PULAU JAWA

Gambar
Dalam adat Jawa terdapat berbagai rangkaian upacara untuk menyambut kelahiran bayi. Sejumlah upacara tersebut diyakini dapat menjauhkan bayi yang baru lahir dari hal-hal jahat yang mengganggu bayi, dan bertujuan untuk memberi harapan dan doa untuk bayi. Adapun salah satu upacara tradisi ini disebut dengan upacara puputan. Apa itu upacara puputan ? Simak penjelasan berikut. Dikutip dari jurnal berjudul Makna dan Jalannya Upacara 'Puputan' dan 'Selapanan' dalam Adat Upacara Tradisional Kelahiran Bayi Bagi Masyarakat Jawa karya Indah Aswiyati I Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sam Ratulangi Manado. Berikut ini informasi mengenai upacara puputan yang merupakan tradisi sambut kelahiran bayi dalam adat Jawa. Apa itu Upacara Puputan? Dalam tradisi Jawa terdapat upacara puputan yang berkaitan dengan penyambutan kelahiran bayi. Upacara puputan ini dilakukan saat usia bayi berumur 5, 7 atau 12 hari, ketika pusar bayi sudah putus atau puput (dalam bahasa Jawa). Upacara puput

ADAT KEBUDAYAN KELAHIRAN DI BALI

Gambar
Salah satu ritual yang masih ada dan dilakukan oleh masyarakat Hindu di Bali adalah  jatakarma samskara . Mengutip dari "Tradisi Upacara Jatakarma Samskara dalam Merepresentasi Nilai Keagamaan pada Masyarakat Hindu Bali" yang ditulis Ni Nyoman Suastini dan Ni Putu Suparwati, jatakarma samskara merupakan upacara kelahiran bayi yang dilaksanakan sebelum melepas tali pusar bayi. Ketika bayi keluar dari kandungan ibunya, ia dibantu oleh keempat saudaranya yang disebut dengan Catur Sanak. Catur Sanak tersebut meliputi ari-ari, air ketuban (yeh nyom), puser (lamas), dan darah (rah), sehingga sang bayi pun juga harus memelihara dan melindungi keempat saudaranya. Ritual ini dinilai sebagai bentuk rasa syukur dan kebahagiaan atas kehadiran si kecil di dunia. Biasanya, upacara ini dilakukan di dalam dan di depan pintu rumah. Untuk melaksanakan ritual ini, dibutuhkan seseorang yang tertua atau dituakan dalam keluarga. Namun, jika di dalam keluarga tersebut tidak ada seseorang yang ditua